Liburan Sekalian Mudik ke Lampung Barat



Sekitar awal tahun 1996 setelah gempa Liwa yang menyita perhatian dunia aku berkesempatan melintas kota Liwa Lampung Barat. Pada saat itu aku akan menuju Bengkulu mengunjungi mbah putri.

Dari jendela bis aku menikmati pemandangan alam yang begitu memukau. Menurut berita yang aku baca kota ini pernah diguncang gempa dengan kekuatan 6,5 SR pada 15 Februari 1994. Ada sekitar 196 korban jiwa . Tak kurang dari 2000 orang mengalami luka luka. Dan 75 ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Jadi aku tak bermimpi untuk tinggal di daerah yang rawan gempa seperti ini.

Pernah seorang teman mengajakku untuk mendaftar tes PNS di kota ini tapi aku menolaknya. Bagiku bisa menikmati indahnya alam saat melintas sudah cukup. Atau kapan kapan jalan jalan saja ke sini. 'Tak perlu menetap atau jadi penduduk sebuah kota kalau kau jatuh cinta pada elok pemandangannya' ucapku waktu itu

Tapi rupanya takdir berkata lain. Aku menikah dengan salah seorang pemuda asli Lampung Barat. Walaupun aku tidak menetap di Liwa tapi setiap Hari Raya atau hari libur aku selalu berkunjung, bisa hanya satu atau dua hari atau seminggu lebih.

Melihat Liwa sebagai pendatang dan sebagai salah satu warganya tentu berbeda. Dan aku bisa menjadi pendatang di satu sisi dan  jadi salah satu warga di sisi lain.
Di sisi pendatang aku melihat Liwa sebagai kota yang cocok untuk destinasi wisata.

Jika berkesempatan berkunjung ke Liwa jangan lupa singgah di Kebun Raya Liwa.
Kebun Raya  Liwa yang terletak di kawasan Pegunungan Bukit Barisan yang sejuk dan memiliki pemandangan indah.  Luasnya sekitar 100 hektare lebih.



Kebun Raya Liwa merupakan Kawasan konservasi alam.  Udara sejuk serta pemandangan yang menakjubkan menjadikan KRL sebagai objek wisata yang menarik. Apalagi koleksi tanaman yang beraneka ragam serta penataan yang baik menjadikan tempat ini Instagramable.

Kawasan Kebun Raya Liwa berada diketinggian antara  890 sampai 984 mdpl. Kondisi ketinggian tanahnya memiliki tinggi yang tidak sama,  berbukit-bukit dan bergelombang  jadi butuh tenaga ekstra untuk mengelilinginya. Tapi pemandangan yang indah adalah bayaran yg setimpal. Kita bisa selfie sepuasnya dengan background yang luar biasa.
Apalagi sesaat menjelang sore, ketika kabut sudah mulai muncul. Dingin tapi asik.

Selain KRL  ada juga taman "Hamtebiu" yang berasal dari kata Ham yang berarti kolam dan tebiu sejenis rumput. Lokasi tak begitu jauh dari KRL



Dulu waktu pertama datang ke Liwa sebagai pengantin baru aku pikir namanya Hantu Biu. Karena  memang di bagian atas taman adalah lokasi tempat pemakaman umum korban gempa . Menurut cerita suamiku. Mayat korban gempa dimandikan di kolam itu juga Jadi kupikir tempatnya angker

Tapi sekarang lokasi Hamtebiu sudah disulap menjadi taman yang ramai dan asik untuk kongkow dengan sahabat. Ada banyak kedai yang menjual makanan kekinian. Ba'da Ashar sampai menjelang Maghrib adalah saat yang pas untuk nyore di Hamtebiu.

Selain memanjakan mata dengan pemandangan jangan lupa memanjakan lidah dengan kue tradisional Liwa. Seperti cucor mandan, kue tart dan kopi Robusta khas Lampung. Untuk itu kita bisa mengunjungi toko kue 'Dua Putri' yang menjual kue kue tradisional . Letaknya di desa Wates.



Kalau masih punya cukup waktu kita masih bisa berwisata ke tempat lain yaitu ke berapa kota terdekat Liwa, seperti danau tiga warna Suoh, pemandian air panas di danau Ranau. Atau bisa langsung ke Krui, yang sekarang sudah menjadi ibu kota kabupaten pesisir barat. Ada pantai labuhan jukung di sana .

Agar bisa menikmati semua keindahan Lampung Barat sebaiknya berangkat pagi dari Bandar Lampung. Sampai di Liwa sekitar pukul 15 : 00. Lalu langsung menikmati indahnya KRL, kemudian bersantai di Taman Hamtebiu. Menikmati dinginnya malam sambil menikmati kopi Robusta  khas Lampung  Barat dengan menginap di penginapan. Karena aku punya saudara banyak maka urusan menginap ga masalah.




Paginya bisa ke Suoh, perjalanan pulang pergi dari kota Liwa sekitar 4 jam. Setelah puas di Suoh kita bisa langsung ke Krui atau Danau Ranau.     Tentunya kita harus menginap dulu baru keesokan paginya kita bisa ke pantai labuhan jukung atau pemandian air panas di Ranau.



Perjalanan liburan ke Liwa memang butuh waktu yang tidak sebentar. Lama dan melelahkan tetapi kepuasan mata dan batin yang di dapat tak tergantikan. Aku yang sudah sering ke Liwa Lampung Barat pun masih selalu ingin dan ingin kembali berlibur atau mudik.

 Sensasi selama perjalanan dan suguhan alam yang luar biasa indah adalah sesuatu yang tak terganti dengan nominal. Hanya rasa syukur telah diberi kesempatan dan waktu untu mensyukuri nikmat alam yang indah.

Foto kolpri

#odopbatch7
#tantangan6




Comments

Popular posts from this blog

Cerita Kita

Ini Tentang Hujan dan Aku