Khong Guan, Rasa yang Tersimpan dalam Memori



Sore ini tak ada kopi.
Hanya biskuit penuh memori
Yang bikin baper
Ada secangkir teh wangi
Menemani sepi
Mengurai baper
Metro11092019

Tahukan biskuit Khong Guan?
Suwer deh tiap kali buka kaleng 'Khong Guan' perasaan ini seperti diaduk aduk oleh kenangan yang tak kan pernah terlupakan. 

Kok bisa? 

Ada beberapa alasan untuk itu.
Pertama, karena ini adalah biskuit yang paling kami tunggu kehadirannya dulu. Bayangkan dia hanya hadir di rumah kami satu tahun sekali,  setiap hari Raya Idul Fitri. Bukan abah atau emak yang beli tapi dikasih sahabat  alm. abah,  Mimoy. Beliau  selalu memberi bingkisan setiap menjelang  lebaran.

Aku ga tau berapa harganya dulu,  pastinya mahal lah. Buktinya emak ga bisa beli. Maklum kami bukanlah keluarga berada. Jadi Khong Guan adalah makanan mewah bagi kami
.
Kedua,  adalah moment saat membuka kaleng - yaitu setelah pulang sholat Ied- kami pasti pengen dulu duluan dekat emak saat membuka kaleng biskuit. Lalu rebutan memilih biskuit kesukaan kami masing-masing. Aku paling suka biskuit gabing yang ada gula ditengahnya. Rasa gurih gabing bercampur manisnya gula itu melted banget di mulut. Masing masing kami punya biskuit pavorite.

Tapi yang selalu jadi rebutan adalah wafer. Atau kami biasa menyebutnya roti es. Aku lupa siapa yang memberitahu kami kalau itu namanya roti es. Dan jumlah roti es dalam kaleng konghuan tidak banyak. Jadi kami harus rela tidak kebagian kalau terlambat datang saat kaleng dibuka oleh emak.
Moment berkumpul dan rebutan itu yang ngangenin.

Ketiga,  biskuit, teh, atau kopi itu identik dengan suasana sore yang santai di teras rumah. Kalau ini sih karena aku keseringan baca serial Lima Sekawan. Membayangkan Goerge,Julian, Dick, dan Anne ditemani Timy nyantai minum teh sambil mendiskusikan kasus yang sedang mereka alami atau merencanakan sesuatu langkah untuk memecahkan kasus itu bikin otakku ikut berimajinasi.

Keempat, karena kenangan.Kenangan yang selalu abadi dalam sanubari. Seorang teman pernah bilang bahwa biskuit ini sekarang gak enak. Mungkin dia gak punya kenangan atau dulu gak pernah makan biskuit itu. Mungkin Lo.

Bagiku rasa enaknya tetap sama karena  rasa itu tersimpan dalam memori. 

Sekaran saat dapet biskuit ini, biasanya dari THR atau buah tangan  saat di rawat d rumah sakit, aku akan bercerita pada anak anak bagaimana kisah biskuit ini.
Lalu mengalirlah cerita masa kecilku, bersama abah emak dan adik adikku. Moment ini bisa kumanfaatkan untuk menanamkan pesan moral pada anak anak.

#odopbatch7
#odopday4


Comments

Popular posts from this blog

Cerita Kita

Liburan Sekalian Mudik ke Lampung Barat

Ini Tentang Hujan dan Aku