Bawang Merah Bawang Putih

Pada suatu masa  ada sebuah keluarga yang hidup dengan bahagia dan harmonis. Pak Brata sebagai kepala keluarga adalah seeorang pengusaha kaya yang sukses . Perusahaannya bergerak di bidang Kuliner, dan mempunyai banyak cabang di berbagai daerah. Pak Brata mewarisi Perushaan itu dari ayah mertuanya. 
Nyonya Brata seorang  wanita  cabtik dari kalangan berada. Dengan kekayaan yang dimilikinya dan dari hasil kerja suaminya yang meneruskan usaha ayahnya dia hidup serba kecukupan.Keluarga tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik yang bernama Bawang Putih. 
 Karena merupakan anak semata wayang Bawang Putih sangat dimanja oleh kedua orang tuanya, Segala apa yang diminta selalu dituruti. Sehingga Bawang Putih tumbuh menjadi gadis yang egois, keras kepala, dan sedikit malas.

Hingga pada suatu hari, ibu Bawang Putih menderita sakit dan akhirnya meninggal dunia. Tidak hanya bawang putih yang terpukul. Ayahnyapun merasa kehilangan. Hingga peusahaannya sedikit mengalami kemunduran. Beberapa orang keprcayaan pak Brata mulai resah.
“Sampai kapan kau akan murung seperti ini Brata?’ tanya seorang sahabatnya.
“Kupkir baiknya kau menikah lagi” saran temanya yang lain
“Ah, kau pikir semudah itu?” elak pak Brata. “Aku kasihan dengan anakku” lanjutnya.
 Bawang Putih massih saja tenggelam dalam kesdihan karena kepergian ibunya. Kerjanya hanya mengurung diri di kamar. Tidak mau makan.  
Dalam kondisi habis kehilangan istri dan keadaan perushaan yang goyah, pak Brata bertemu dengan teman kuliahnya yang sama sama berbisnis di bidang kuliner. 
 Rupanya sejak pertemuan itu pak Brata mulai menaruh hati pada sahabatnya itu. Setelah meminta restu dari keluarga  pak Brata memutuskan menikahi temannya. Seorang janda beranak satu yang kebetulan  seumuran dengan Bawang Putih, namanya Bawang Merah.

 Pada awalnya, Bawang Putih merasa tidak senang karena mempunyai seorang saudara. Dia merasa perhatian ayahnya pasti akan berkurang.
“Aku nggak mau punya ibu lain!” rajuknya. “Ayah pasti tidak sayang lagi padaku” lanjutnya.
“Tante Mirna sangat baik dan sayang padamu Nak” bujuk ayahnya “Dan juga kau akan mendapatkan saudara, namanya Bawang Merah” lanjutnya.
....
Setelah pernikahannya Pak Brata membawa istri dan anak tirinya untuk tinggal bersama di rumah besarnya.kecanggungan hubungan mereka sedikit mencair karena Mirna pandai membawa diri. Akan tetapi sifat Bawang Merah berbeda jauh dengan Bawang Putih. Merah adalah anak perempuan yang rajin, baik hati, dan bersahaja. Itu karena ibu Bawang merah, Mirna mendidik anaknya untuk mandiri sejak ayahnya meninggal. Bawang merah senang dengan pernikahan ibunya . karena dia akan mendapatkan sosok ayah dan tentunya saudara perempuan yang tidak dipunyainya.

Tidak demikian dengan Bawang Putih, walaupun didepan ayahnya dia baik, tetapi dalam hatinya dia tidak suka dengan ibu tiri dan saudari tirinya.
Mirna memperlakukan kedua orang anaknya dengan sama. Dia  mulai mengatur dan membenahi keadaan rumah yang tak terawat sejak kepergian ibu Bawang Putih. Tak hanya itu saja, Mirna juga memperlakukan Putih layaknya anak sendiri dengan menyuruhnya untuk mengerjakan  pekerjaan rumah sama seperti Bawang Merah yang memang terbiasa membantu ibunya. Mulai dari memasak, mencuci baju, mencuci piring, membersihkan taman, dan lain-lain yang semua dikerjakan oleh mereka bersama sama.
Bawang Putih yang terbiasa hidup enak dan tak pernah membentu ibunya tentunya merasa jengkel dengan aturan ibu tirinya. Meskipun demikian  Putih berusaha pura pura manis dan baik jika ada ayahnya

Tetapi  jika tidak ada  ayahnyadia berani menolak dam menyuruh Bawang Merah melakukan semua pekerjaannya.
Pada suatu hari ibu tirinya meminta Bawang Putih untuk mengantarkan berkas berkas pekerjaan ayahnya yang tertinggal.
“Aku, gak bisa Bu” tolaknya, “Lagian kenapa gak suruh Merah saja sih! “ lanjutnya sembari bersungut sungut.
“Merah ada ujian Putih” jelas ibunya
“aku juga ujian kok” sergahnya ketus
“Tapi ini berkas penting nak” ibunya menjelaskan
“Biar Merah saja bu yang anter” Bawang merah mengambil berkas dari tangan ibunya.
“Sekalian lewat” lanjutnya  lalu memasukkan berkas ke dalam tasnya.

Putih merasa gusar , lalu bergegas meninggaalkan Merah dan ibu tirinya. Merah bernajak dan mencium ibunya seraya pamit .
“Hati hati di jalan ya nak”  ucapnya
...
“Ada yang bisa saya bantu?” sebuah suara mengagetkannya. Merah menoleh mencari sumber suara.
“Tidak... eh iya “ sahutnya gugup. Matanya menoleh ke kiri dan kanan, tak ada orang lain selain mereka berdua. Berarti pria bermata indah ini sedang berbicara padanya.
“Anda mencari siapa? “ tnya pria itu lagi. Dia menyembunyikan senyumnya
“Eh .. saya mencari ruang Pak Brata”
“Ayo bareng, sayapun akan menemui beliau” jelasnya sembari menjejeri langkah Merah. Merekapun berjalan bersisian.

“Pak Brata ada?” tanya Pria itu pada wanita yang duduk di meja tamu “Saya ada janji untuk bertemu hari ini “ lanjutnya
“Saya ingin bertemu dengan .....” ucap merah
“Saya yang lebih dulu” potong pria itu
“Tapi mbak ayah saya memerlukan...”
“Kamu pasti Bawang Putih ya? Pria itu berpaling pada Merah.
Merah tidak memperdulikannya. Dia harus  memberikan berkas milik ayahnya dan segera ke kampus secepatnya.
“Oh silahkan “ ucap sekertaris pak Brata . dia bangkit membukakan pintu ruang pak Brata. Merah melangkah masuk.
“Ayah  ini berkasnya” katanya
“Letakkan di meja!’ sahutnya
  “Aku langsung saja yah, soalnya aku ada ujian” lanjutnya. Merah bergegas meninggalkan ruang pak Brata setelaah meletakkan berkas di meja. Pak Brata .sedang menerima telpon sembari menghadap keluar jendela.
 Sebelum Bawang Merah bergegas pergi, pria itu memeprekenalkan diri
“Kamu pasti Putih” tegasnya
Merah menggeleng.
“Kenalkan aku Rangga” ucapnya mengulurkan tangan.Ayahmu sering bercerita tentangmu “ terangnya
“Maaf aku harus ke kampus” elak Merah menagkupkan kedua tangannya di dada. Lalu bergegas menuju lift.
“Pak Rangga, di tunggu bapak di dalam” panggil sekertaris pak Brata pada Rangga yang masih memendangi kepergian Merah
“Ah ternyata anak pak Brata sangat cantik” bisiknya . Dia melangkah keruangan pak Brata.”Kalau tidak salah namanya Bawang Putih” ulangnya lagi.
...
Malam itu di meja makan.
“Putih, tadi Rangga menanyakanmu” jelas pak Brata pada Bawang Putih.
“Rangga yang ayah jodohkan denganku?” sahutnya dengan antusias. “Tapi aku belum bertemu dengannya” lanjutnya
“Loh bukanya kalian sudah bertemu tadi?”Tanya pak Brata wajahnya bingung.
“Tadi Merah yang anter berkas Mas “ jelas  Mirna “Putih ada ujian jadi tidak bisa mengntarkan berkas yang mas pinta.
Pak Brata terdiam. Sebenarnay pak Brata senang karena Rangga anak pemilik Perusahaan Kuliner rekanannya yang sekarang menjadi direktur utama akan dijodohkan dengan Putih.
“Jadi tadi yang mengantar berkas bukan Putih?” tanyanya.”Tapi Merah?” lanjutnya lagi.
“Iya ayah” sahut Merah. “Ayah tadi tidak melihat Merah karena sedang serius di telpon. Dan aku juga buru buru mau ke kampus” jelassnya.
“Kalau dilihat dari gelagatnya Rangga tertarik dengan Merah.  Walaupun dia menyebutnya Putih. Ah biarlah toh Merah anaknya juga” pak Brata berbicara dalam hati.
...
“Pak Brata , sepertinya rencana kita untuk menjodohkan anak kita akan berjalan mulus nih” suara pak Bandi diujung telpon mengagetkan pak Brata.”Rangga bercerita kalau dia sudah ketemu dengan anak bapak di kantor” terang suara itu lagi.
“Tapi pak...” potong Brata
“Besok kita atur makan malam ya?” pinta pak Bandi menutup pembicaraan.

Siapa yang akan di bawa oleh pak Brata ?
Tobe continued
#odopbatch7
#tantangan 4

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Kita

Liburan Sekalian Mudik ke Lampung Barat

Ini Tentang Hujan dan Aku