Monik dan Teddy Bear


Sosok di balik kain panjang yang terbujur di hadapanku adalah lelaki yang ku panggil papa. Yang ku cintai sepenuh jiwa. Tapi juga ku benci sampai merasuk ke dalam setiap tarikan nafasku.

Aku tak pernah berharap menjadi anaknya. Atau jadi bagian dalam kehidupannya. Tapi aku terpaksa menerimanya demi seorang wanita lemah yang tak punya pilihan selain pasrah dan membiarkan orang lain mengatur hidupnya.
...

Permainan hidup menghantarkan ku pada dunia yang kejam. Dunia para pencopet, dan pengamen, peminta minta di jantung ibukota .Dengan kecerdasan atau tepatnya kelicikan dan keberuntungan aku bisa bertahan dalam kelamnya dunia jalanan. Suatu keberuntungan aku bertemu kak Adrian dan bisa belajar di rumah singgah hingga aku bisa kuliah dan menjadi  dokter.

Butuh perjuangan yang tidak mudah  untuk meraihnya. Bahkan akupun rela memberikan kemolekanku yang sudah tak utuh lagi hanya demi tercapainya ambisiku. Aku tak perduli. Penolakan Kak Adrian dengan alasan keluarganya yang terkesan mengada ada membuatku semakin muak dengan kepengecutan seorang yang ku sebut kakak. Tapi itu tidak membuatku menyesali atas apapun yang kuputuskan untuk hidupku

Tapi aku tetaplah aku. Perempuan dengan luka dan dendam yang tak berujung. Kehidupan yang kujalani hanyalah menunggu waktu untuk menuntaskan dendam. Dendam pada mahluk yang mereka sebut sebagai ayah, papa, bapak, kakak atau apalah. Tapi bagiku dia adalah iblis


"Pa, aku mohon ambil anak ini. Aku ingin menimangnya dalam pelukanku" pinta Laras dengan penuh harap. Delapan tahun tanpa kehadiran bayi dalam kehidupan rumah tangganya menjadikannya begitu semangat saat ibu mertuanya mengantarkan sosok mungil tanpa dosa. 

"Terserah kamu saja"jawab Angga acuh. Bayi perempuan anak diluar nikah pembantu keluarga mertuannya itu begitu mengenaskan. Hanya dibungkus kain bedong bekas taplak meja. Rasa keibuannya langsung terusik. Laras jatuh cinta pada pandangan pertama. 

Kebahagian Laras begitu paripurna. Sepinya terobati dengan hadirnya Monik, begitu ia menamai bayi mungil berhidung bangir dengan kulit putih mulus dan lesung pipit di kiri kanan pipinya. Hingga ia tak sempat melihat wajah lega ibu mertuanya dan senyum sinis Angga , suaminya.

Monik yang lucu dan ceria mengisi hari hari Laras. Kesehariannya disibukan dengan urusan tentang Monik. Dunianya berubah. Semua tumpah untuk Moniknya. Dia bahkan tak menyadari tatapan benci Angga pada Monik. Dia hanya berpikir bahwa Angga cemburu.


Tetapi Angga mulai berubah seiring bertambahnya usia Monik. Dia lebih perhatian dan lebih menyayangi Monik. Apalagi sejak dia mulai pindah ke kantor pusat. Dia lebih sering di rumah dan menghabiskan waktu bersama Laras dan Monik. Walau merasa ada yang ganjil tapi Laras lebih memilih diam. Saat laras tanpa sengaja mendapati Angga memandang Monik denga tatapan berbeda, laras mengangap itu adalah salah satu wujud kerinduan Angga karena jarang bertemu Monik.Setidaknya dia bisa membuktikan pada Monik bahwa Angga juga menyayanginya. 

Monik tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tubuhnya tinggi melebihi usianya yang baru kelas 6 SD. Kecerdasannya di atas rata rata. Laras mendidik Monik dengan  baik sehingga menjadikan Monik gadis yang percaya diri.
...

Walau aku mendapat perhatian dan cinta yang penuh dari mama tapi itu tak berarti aku tak membutuhkan kasih sayang papa. Kerja papa sebagai pelaut yang jarang di rumah  semakin membentangkan jarak antara kami. Aku senang saat papa sudah lebih sering di rumah. Bersama Teddy Bear semuanya bermula.  Tapi itulah waktu kematianku. Dan awal dari lahirnya Monik yang lain.
...

"Kau gila mas" teriak Laras penuh amarah. Mukanya memerah, air matanya luruh. Tangannya terkepal. Selama ini dia hanya diam dengan penghianatan Angga. Kini di depan matanya Angga merenggut satu satunya miliknya .
"Apa peduliku" Angga balas berteriak. "Kau tau Laras? Lanjutnya. "Dia sudah merenggut kebahagian kedua orang tuaku. Anak haram itu seharusnya sudah mati. Hanya karena kebaikan ibuku dia masih hidup. Dan kau masih jadi istriku. Kau saja yang terlalu naif" gelegar suara Angga memenuhi kamar berukuran  mereka.
Laras mundur selangkah.Wajahnya pucat pasi. Terjawab tanya nya mengapa ayah mertua dan ibu mertuanya tidak pernah bertanya atau perduli pada Monik. Dengan terhuyung Laras meninggalkan Angga. Wajahnya memucat saat matanya bersitatap dengan Monik yang memandangnya tanpa ekspresi. Itulah saat terakhir dia melihat Monik nya.
...
Tugas sebagai dokter menghangtarkanku pulang ke masa lalu. Suatu kebetulan yang kurencanakan.Menemukan mama di Rumah Sakit jiwa dan papa yang mulai menua di rumah tua.  Sebuah kesempatan untuk menuntaskan segalanya. Juga memberi kesempatan merasakan susahnya bernafas di bawah dekapan Teddy Bear. Seperti dulu saat tubuhnya luluh lantak olehnya.
...
Aku menangis dihadapan jasadnya.Kerabat yang menganggap aku sebagai anak hilang yabg kembali menatap iba.  Tapi tak seorang pun tau tangisku adalah tangis bahagia yang ku sembunyikan dalam wajah penuh duka. Tuntas sudah dendam kesumat yang ku pendam selama ini.




Comments

Popular posts from this blog

Cerita Kita

Liburan Sekalian Mudik ke Lampung Barat

Ini Tentang Hujan dan Aku