Dendeng Ragi Mbah Surip



Selepas ujian SMA aku bekerja di pasar sebagai penjaga toko. Kebetulan tetangga sebelah rumah punya toko gerabatan yang cukup besar. Kupikir lumayanlah bisa tambah tambah uang saku. Setiap pagi sebelum pukul 06:00 setelah sarapan seadanya aku berangkat ke pasar.

Sesampai di toko aku membantu membuka toko dan mengeluarkan batang barang untuk di pajang. Setelah itu menimbangi minyak, gula atau tepung, tergantung ketersediaan stok. Ini bisa dilakukan sembari melayani pembeli. Rutinitas yang cukup melelahkan. Tapi dengan adanya pembeli dan rekan kerja yang beragam membuat aktivitasku cukup menyenangkan.

Hal yang paling aku suka adalah saat makan siang. Biasanya kami pekerja di beri uang makan siang oleh pemilik toko. Dan kami bebas mau beli makanan apa saja yang ada disekitar toko. Di sebelah kanan toko tempat aku bekerja ada seorang pedagang nasi sayur yang sudah cukup terkenal di seantero pasar. Namanya Mbah Surip.

Teman temanku sering beli makan siang di situ. Tapi karena aku agak kurang suka dengan tampilan Mbah Surip yang menurutku sedikit kurang rapi dalam berpakaian dan tidak menggunakan sendok saat mengambil beberapa lauk tak berkuah, aku lebih memilih membeli makan siang di tempat lain.

Pada suatu saat ibu tukang nasi sayur langganan aku tidak berdagang. Jadi aku terpaksa beli tempat Mbah Surip. Sebenarnya aku bisa saja beli di tempat lain, tapi uangku tidak cukup. Sedangkan di tempat Mbah Surip harganya sama dengan tempat langgananku.
Akhirnya aku beli di tempat Mbah Surip.

Pertama aku agak kaget, karena Mbah Surip mencampur nasi dengan berbagai sayur jadi satu. Ada urap, pecel, sayur tahu disantan, peyek teri, mi, dan ada satu jenis yang aku gak tau namanya. Makanan itu terbuat dari daging dan parutan kelapa.

Tentu saja Mbah Surip tidak menyertakan daging dalam racikan nasi sayur yang aku beli. Dia hanya menambah kan parutan kelapa berasa gurih yang enak. Katanya namanya dendeng ragi.

Terus terang aku penasaran sekali dengan rasa daging dalam dendeng ragi ini. Saat itu aku tak cukup mampu untuk sekedar membeli  dendeng ragi lengkap dengan dagingnya. Bahkan sampai aku tak bekerja lagi di toko. Karena aku harus pindah kota untuk kuliah.

Aku sempat berandai andai, nanti kalau punya uang cukup aku ingin merasakan nasi sayur lengkap dengan dendeng ragi yang ada dagingnya. Pasti rasanya enak sekali. Lah parutan kelapanya saja sudah enak apalagi ada dagingnya.

Cukup lama aku menahan keinginan itu. Tapi sayang saat aku sudah kembali ke kotaku Mbah Surip sudah meninggal dunia. Hilanglah kesempatanku menikmati dendeng ragi Mbah Surip.

Aku masih suka terbayang rasa dendeng ragi Mbah Surip. Saat aku berkunjung ke tetanggaku, entah bagaimana awalnya akhirnya kami bercerita tentang Mbah Surip dan dendeng raginya. Dan keinginanku untuk mencicipi dendeng tersebut. Alhamdulillah tetanggku bisa membuatnya. Lalu aku minta resepnya.
Tapi resep tinggal resep. Aku tak pernah mengeksekusinya.

Beberapa waktu lalu aku menemukan catatan resep dendeng ragi dari tetanggaku yang kutuliskan di sebuah buku catatan resep. Hmm melihat catatan itu aku jadi kepingin mengeksekusi resep . Baiklah besok aku akan ke pasar dan memasaknya.
Wait and see

#odoobatch7
#BU pekan lalu

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Kita

Liburan Sekalian Mudik ke Lampung Barat

Ini Tentang Hujan dan Aku