Misagi



Saat masih jadi mahasiswa dan tinggal di kos kosan aku termasuk anak kos yang rajin masak. Walaupun yang aku masak hanya masakan sederhana saja. Seperti sayur bening bayam, katu, jagung muda, atau tumis kacang. Untuk lauk telor dadar, telor ceplok tekoe goreng atau ikan asin. Penghematan. Hehehe.Kalau mau makan enak ya pulang ke rumah atau sesekali beli nasi Padang.

Yang paling sering ya masak mi goreng atau mi rebus. Terutama kalau ada kuliah pagi. Tapi berhubung perutku bukanlah perut dengan ukuran XL kadang aku sering tidak bisa menghabiskan 1 porsi mi goreng atau mi rebus. Akhirnya sering tidak termakan.

Kalau tergesa berangkat kuliah kubiarkan saja mangkok mi di meja kamarku sampai pulang kuliah.
Bisa di bayangkan betapa mi rebus itu sudah mengembang. Mau dimakan lagi sudah dingin.
Mau di buang sayang.
Akhirnya ku tambahkan telur kedalam mangkuk mi lalu ku aduk dan kudadar. Jadilah mi telur dadar. Makannya di cocol saus. Lumayan buat camilan sepulang kuliah sore.
Dan aku namai 'Misagi' alias mi sisa pagi.



Sekarang aku sering bikin misagi untuk anakku. Karena selain mi hisa aku tambahkan aneka sayuran. Ini cara memaksa mereka makan sayur. Mereka suka sekali. Misagi bikinan ibu mantap. Apalagi anakku yang no 2 suka menaburkan saus, keju dan mayonaise. Jadi seperti piza, piza mi katanya. Tapi kami tetap menyebutnya misagi.

Bahkan kalau ada mi dalam nasi berkat atau nasi tonjokan mereka selalu minta di bikinkan misagi.
Jadi sekarang Misagi bukan lagi mi sisa pagi.

Sebelum aku menceritakan bagai mana asal nama misagi, anak anakku manganggap Misagi adalah resep dari Cina atau Jepang.
Bahkan ada temanku yang mengira itu resep dari Italia. Dia gak tau dulu aku bikin Misagi karena menghemat dan terpaksa agar makanan tidak terbuang dan mubazir.

#odopbatch7





Comments

Popular posts from this blog

Cerita Kita

Liburan Sekalian Mudik ke Lampung Barat

Ini Tentang Hujan dan Aku