?

"Lu bolos lagi ?"tanya Fika
"Bosen gua di kelas" jawab Bagas
"Panas" lanjutnya
"Alasan" balas Fika
"Nah lu kira ngapa gue nongki di kantin" jelas Bagas
"Ulangan Biologi Lo" Fika bangkit
"Ntar ikut susulan aja, gue kan biasa remidi"
"Sampai kapan lu mau kek gini?"
"Auk ah gelap" cibirnya
"Lu cerewet amat cuk! Mak gue aja gak perduli gue bolos apa kagak" protesnya
"Serah lu aja deh. Gue juga dah bosen ngingetin lu"Fika melangkah menuju pintu kantin
"Yuk ah cabut, gue ada rapat OSIS di sekret" jelasnya lagi
"Ala lu bodoh banget sih" ejek Bagas
"Itu kan kata elu" balas Fika
"Dasar budak sekolah lu" ungkap Bagas
"Bodo ah" Fika melangkah cepat meninggalkan Bagas yang masih asik dengan mangkuk baksonya.

Selalu saja obrolan dengan Bagas berakhir dengan berantem. "Persetan Bagas" gumamnya. Dia tak mau berdebat.
"Anjir lu ngomong apa Fik?"tanya Saras yang tiba tiba sudah berada di sampingnya.
"Eh, nggak kok" balasnya. Dia harus hati hati bicara dengan Saras. Mulutnya seperti ember bocor. Semua yang dia dengar akan menyebar ke seluruh sekolah dalam hitungan menit.
Untung dia tidak mendengar  percakapannya  dengan Bagas di kantin tadi. Bisa runyam urusannya.
Pasti dia akan menyebar gosip kalau dia lagi berantem dengan Bagas.

Sebenarnya tidak ada apa apa antara dia Bagas. Tapi Bagas membuatnya jadi kacau kemarin. Dia dengan seenaknya mengatakan pada mamanya kalau dia adalah pacarnya.
Kalau tidak mengingat sopan santun pasti sudah disemprotnya  cowok tengil itu.
"Fika, sini nak deket Tante" mama Bagas membimbingnya . Lalu mengalirlah cerita tentang Bagas darinya.  Dan Fika hanya bisa menyimpan dongkol di hati. Karena harus duduk manis menemani mamanya Bagas. Sementara Bagas dan teman teman yang lain asik bercanda tawa sembari minikmati makanan  sekelas restauran berbintang lima.

"Eh kok malah bengong?" Selidik Saras. "Lu lagi marahan sama Bagas? " Lanjutnya. "Bukannya baru jadian kemarin?" Ledeknya
"Lu omong apa sih Sar?"tepisnya.
"Ala, lu pura pura gak tau ya" seringai Saras membuatnya dongkol. Mereka menuju ruang OSIS. Dia tidak pacaran dengan Bagas. Tapi sikap Bagas memang suka membingungkan.

Ruang OSIS  sepi, semua sibuk dengan tugas masing masing. Fika membuka tasnya dan mengambil catatan Biologi. Membacanya sekilas. Saras mendekati anak anak yang sedang mendiskusikan persiapan HUT
"Fik, gak masuk kelas? tanya Fikri. "Bukannya ada ulangan Biologi?" Tangannya merapihkan tumpukan kertas di meja Fika.

Fika diam membisu matanya kosong memandangi catatannya yang tidak lengkap. Sudah 2 Minggu dia tidak masuk pelajaran Biologi. Persiapan acara HUT sekolahnya menyita waktunya. Fikri tak pernah mau tahu. Sebagai sekertaris OSIS dia harus standby di sekretariat OSIS. Kata kata Bagas tadi membuatnya sedikit berpikir. Kenapa Bagas begitu menentang keaktifannya di OSIS. Apalagi kalau dia dispen. Bagas pasti mengejeknya. Dan selalu ada alasan untuk itu. Menurut dia dispen tuh bolos terhormat .
"Kalau gue bolos mah happy happy," ungkapnya. "Nah elu, kerja, jadi budak sekolah" ejeknya saat Bagas mengajaknya bolos untuk nonton "Danur"  Sabtu lalu.

Beberapa minggu terakhir pikirannya agak kacau. Semua karena Bagas. Kata Fikri Bagas sudah punya pacar. Tapi sikap Bagas padanya membuatnya mulai bimbang. Tapi di sisi lain dia tidak ingin pacaran.

"Fika!" Fikri menarik rambutnya. "Dicari Bagas tuh" .
"Fik ayo masuk" ucap  Bagas .
"Katanya mau bolos" balas Fika
"Gue kepergok ibu Ana BP" terangnya. "Makanya gue bilang aja gue di suruh Bu Silvi buat manggil elu di ruang OSIS karena mau ulangan biologi, dan dia percaya" Bagas terkekeh senang bisa mengecoh BP sangar itu. 

...
Ah cowok ini apa sih maunya batin Fika. Tadi di kantin marah marah. Sekarang sok baik. Jangan jangan aku mulai suka gumamnya lebih pada diri sendiri.


...
"Ternyata mereka benar sudah jadian" Saras menggumam dan  memandang dengan wajah penuh duka.
...
"Sepertinya Bagas saingan terberat gue" batin Fikri

What next?
#odopbatch7

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Kita

Liburan Sekalian Mudik ke Lampung Barat

Ini Tentang Hujan dan Aku